MUSUH

Punya musuh ?
Saya punya…

Musuh saya ada di kepala saya sendiri
Mereka bangun posko sepertinya, coba coba untuk menetap.
Tidak senang kalau saya tenang
Selalu punya caranya mau hancurkan saya
Jahat ya…

Beberapa hari ini mereka terlalu jahat.
Ironisnya, saya ngga bisa minta tolong ke siapapun
Cuma saya yang harus lawan.

Saya ngga bisa seret orang lain, berperang sama-sama atau sembunyi di belakang dan biarkan mereka yang berperang. Saya ngga bisa.
Kasian mereka, ngga salah apa-apa tapi harus tanggung rasa yang sama.

Capek jadi kata yang terlalu biasa untuk saya.

Tapi saya usaha percaya,
Saya kalah cuma karna strategi & senjatanya kurang. Sedang usaha bangun benteng dan senjata.

Saya ngga patah semangat.
Musuh ini, suatu saat, ngga tau kapan,
Mereka pasti kalah.
Pasti.

Support system, thankyou..

DUNIA NYA PING

Source : Pinterest

Kemarin, saya mampir di sebuah toko buku.
Kangen, sudah lama tidak berkunjung.
Waktu berjalan melihat-lihat, mata saya tertuju pada satu novel best seller yang sudah lama bikin saya penasaran tapi benar-benar rasanya “belum terlalu mau” membacanya. Tapi karna di serang rasa penasaran lagi, saya akhirnya baca. Saya mengambil tempat tersepi di pojokan, dan tanpa sadar mulai tenggelam dalam ceritanya.

Ini tentang Dunianya Ping, sebenarnya dia adalah saudara yang jauh lebih tua dari kisah Kugy & Keenan (Novel : Perahu Kertas). Mereka pernah sama-sama mati suri, masuk dalam “Peti Es” Mba Dee, sebelum akhirnya Kugy & Keenan lahir lebih dulu.

Dunianya Ping terlalu tenang.
Hidup berdampingan dengan musik, pantai, dan ada orang-orang tersayang disekelilingnya. Termasuk Oding yang tidak banyak kata,
tapi selalu ada di samping Ping.

Ping dan Oding yang kata orang-orang di Batu Karas, mereka sahabat.
Saya pikir, mungkin karena sudah terbiasa dan terlalu nyaman ya, makanya Ping ngga pernah bilang sama Oding kalau dia sayang dan Oding juga sama.
Atau mungkin karena mereka sama-sama sepakat memutuskan, ngga ada yang perlu di bicarakan tentang perasaan, cukup selalu ada saling jadi penolong, penguat dan penyemangat.

Sampai akhirnya dunia Ping berbalik 180 derajat,
Ping harus pindah ke Jakarta. Oding marah dan kalut.
Rencana untuk bersama Ping yang sudah tersusun rapih di kepala terancam gagal. Dia berlari ke rumahnya Ping, memeluk Ping dan janji akan jemput Ping tahun depan. Benar-benar itu saja. Tidak ada kalimat pengakuan. Mungkin janji Oding itu satu-satunya pegangan Ping.

Saya tenggelam dalam dunianya Ping.
Ceritanya masih terjeda, belum selesai saya baca, karna tanpa sadar, saya sudah terlalu lama duduk tenggelam. Sampai di sini dulu, kataku (Tunggu nanti saya jemput pulang ya Buku 1,2&3 hehe).
Saya belum tahu selanjutnya akan seperti apa perjalanan mereka.
Apakah Ping dan Oding di masa depan bisa sama-sama di tengah banyaknya tokoh baru di Jakarta yang masuk dalam dunia Ping.

Waktu kembali ke dunia nyata, tiba-tiba saya di serang perasaan takut.
Saya takut perasaan saya ngga punya kesempatan untuk sampai.
Saya takut, suatu hari nanti dunia saya juga terbalik dan satu-satunya hal yang bisa saya lakukan cuma rindu dan menyesal ngga pernah menyampaikan. Kalau seandainya Ping adalah seorang pemberani, lalu saya jadi Ping, Mungkin satu-satunya yang akan saya sampaikan pada Oding : Jangan hilang, Kita bareng terus ya.

Saya pulang dengan isi kepala yang berdoa semoga perjalanan Ping dan Oding happy ending. Meskipun sejujurnya jalan ceritanya Mba Dee selalu berputar dan tidak tertebak.

Apa mimpimu ?

Kalau mimpiku lumayan banyak.

Travelling, bertemu orang-orang baru, menjadi volunteer ngajar anak-anak, berkunjung ke pedalaman, belajar mengenal budaya orang lain.
Banyak, bukan ?
Dan mungkin akan ada banyak lagi mimpi lainnya yang akan lahir seiring bertambahnya usia ku di bumi ini.

Sesekali aku ragu dengan diriku, apa mungkin semuanya bisa terwujud ?
Tapi nggak apa-apa. Manusia berusaha, sisanya Tuhan yang putuskan.

Sejujurnya aku punya mimpi-mimpi sederhana yang mungkin kurang lebih sama dengan manusia-manusia lainnya.
Aku berdoa, di masa depan nanti aku bisa menciptakan rumah ternyaman untuk pulang. Aku di pertemukan dengan partner hidup yang bisa di ajak berdiskusi, belajar lewati semuanya dengan sama-sama berpegang dan mengandalkan Tuhan. Menjadi partner yang baik, sahabat, teman cerita yang baik, menjadi istri dan ibu yang baik. Kayaknya berasa lucu ya, bahas ini.
Tapi jujur, ini doaku.

Pernah membayangkan ini ?
Suatu hari nanti kamu punya rumah yang selalu di rindukan oleh pasanganmu di masa depan, anak-anakmu, keluargamu.
Tempat berteduh yang menenangkan, tempat beristirahat ternyaman.
Tempat untuk pulang di saat diluar sana banyak hal yang tidak menyenangkan hatimu.

Menjadi teman berbagi yang baik dengan pasangan, menjadi tempat curhat yang menyenangkan dengan anak-anak, intinya menjadi penyemangat untuk keluarga. Berkumpul berdiskusi dengan mereka,sharing dan berdoa bersama.
Bahkan lebih dari itu jadi keluarga yang kompak bisa jadi berkat untuk orang-orang sekitar.

Wah, kadang-kadang suka senyum sendiri membayangkan.

Terlalu sempurna bukan ?
Meskipun ku sadar nggak ada hidup yang sempurna,
Tapi doaku nggak pernah berhenti untuk itu.
Nggak mau atur Tuhan melakukan tepat seperti yang ku harapkan, tapi mau mencoba dan berusaha sebaik-baiknya sambil memberikan ruang seluas-luasnya untuk Tuhan berkarya dalam kehidupanku.
Intinya, aku berserah pada-Nya.

Hujan, selesai.

Dalam upaya melepas dari kepala
Ternyata ku temukan pertanyaan-pertanyaan yang sulit..


Bagaimana kalau menurutku ini baik,
Tapi kemudian kata Tuhan tidak, belum atau jangan ?
Bagaimana kalau bagiku kamu sangat baik,
Tapi kemudian ternyata aku yang tidak baik untukmu ?
Bagaimana kalau ku katakan dengan kamu aku bisa belajar bertumbuh,
tapi kemudian Tuhan bilang “Aku punya hal lain yang bisa membuatmu lebih bertumbuh lagi“.

Karena ternyata komponen untuk menjadi “kita” bukan hanya kita.
Ada banyak hal. Dan mungkin dari sekian banyak,
Tuhan tahu ada yang tidak bisa.

Dalam “doa – doa terakhir” beberapa waktu lalu,
Si manusia biasa masih sempat “sedikit” protes pada Tuhan :
“Padahal Tuhan tidak akan rugi sama sekali”
Sebelum akhirnya sadar, Tuhan jauh lebih tahu.

Pada akhirnya si manusia biasa hanya bisa berserah.
Tidak lagi meminta, tapi tidak juga memaksa lepas.
Paham betul, semakin di paksa akan semakin lebar lukanya.
Karena perihal perasaan, tidak ada yang bisa melawan.

Pada akhirnya si manusia biasa memilih mengasihi,
Tapi tidak lagi meminta lebih.
Kalau benar rumah, Tuhan sendiri yang akan datangkan.
Kalau benar bukan, Tuhan sendiri yang akan jauhkan.

Sebuah konsep yang gampang sepertinya,
Tapi kalau tentang perasaan, semua jadi rumit.
Ah, capek sama perasaan sendiri.

Ps : Sweet Pea flower kayaknya maknanya cocok untuk kamu.
Aku ngga pandai mengungkapkan, tapi selalu mau bilang terimakasih.


Terimakasih untuk waktu-waktu menyenangkan yang ada kamu di dalamnya.

Sekarang ngga ada lagi drama ekspektasi yang berlebihan, Mari fokus menjalani hidup sebaik-baiknya. ✨🌼

Deep Talk : Ekspektasi

“Kak, kayaknya aku udah harus berhenti disini deh.”

“Kenapa ?”

“Capek. perasaanku kayak ditarik ulur sama ekspektasiku sendiri.”

“Jangan buru-buru, please. tunggu dulu siapa tau nanti ternyata emang ngga seperti yang kamu pikir. Tunggu sampai akhir tahun. Aku sering kayak gitu, aku kasi kompensasi untuk diriku sendiri. Kasi waktu 3 bulan lagi. Abis itu berhenti kalau mau berhenti.”

“Setahun lebih kak aku kayak gini, capek juga. Gini terus berulang. Tiap kali mau berhenti, Ada aja yang dia lakuin yang bikin aku ga jadi berhenti.”

Percakapan selesai,
Tapi di kepalaku ngga benar-benar selesai.
Sepertinya ngga perlu nunggu sampai akhir tahun lagi.
Harus berhenti. Memperpanjang ekspektasi rasanya sama saja dengan melukai diri berkali-kali, Berulang.

Ah, jadi ingat. Kemarin ada yang bilang :
Kenapa baru sekarang berhentinya ?
Emang udah ngelakuin apa kamu?
Aku diam.
Kadang-kadang memang harus sadar kayaknya
Ngga ada perjuangan diam-diam yang berhasil.

Mengenai pertanyaan tentang udah ngelakuin apa,
Iya, benar selama ini cuma bisa sembunyi.
Diam-diam mendoakan, sesekali menyemangati.
Ngga ada artinya sepertinya.

(Jadi ingat, hari ini setahun yang lalu, pagi-pagi udah sebahagia itu karna seseorang ini, ternyata mungkin hari ini juga terakhir kalinya aku izinkan hatiku terluka karena orang yang sama.)

Kita berhenti ya,
Jangan lukai diri dengan ekspektasi sendiri.
Sepertinya kado 22 tahunku adalah : Sadar.

Source : Pinterest

Bintang

Waktu aku sedang jatuh-jatuhnya padamu,
Aku selalu meminta tanda pada langit.
Aku bilang : Kalau aku rindu, akan muncul satu bintang di langit.
Begitu pun sebaliknya, kalau di atas sana muncul bintang,
Artinya kamu rindu. Konyol sekali bukan ?
Anehnya, aku semakin percaya tanda bintang ini,
Karena setiap aku rindu kamu,
Benar-benar ada satu bintang dilangit, selalu di posisi yang sama.
Pikirku salah satu di antara kita sedang rindu.
Dasar pikiran anak kecil.
Lama sekali ku anut kepercayaan ini.

Beberapa waktu kemudian aku baru tahu,
Kalau di langit malam ada bintang yang tidak berkedip, tidak bergerak,
itu bukan bintang. itu planet.
Jadi selama ini tanda di langit itu ngga ada.
Muncul bintang karena rindu itu bohong.
Rindu tidak rindu, dia tetap ada di langit atas sana.
Semua kepercayaanku selama ini itu gak bener.

Sejak itu aku berhenti mencari tanda.
Aku berhenti percaya.

Cheer up!

Ku dedikasikan tulisanku ini untuk orang-orang yang mulai mengambil tempat di hatiku. Sahabat-sahabat ku, dan satu lagi.

Aku tahu aku bukan orang yang ada di “circle” kalian, aku mungkin ngga akan paham bagaimana rasanya jadi kalian… Tapi kurang lebih dari sini, I watch how u guys trying so hard, and ya..I’m so proud..

Melihat kerja keras kalian aku mulai merasa perlu lebih bersyukur lagi dengan keadaanku,

Aku belum pernah belajar sekeras itu,

Aku belum pernah tertekan sekeras itu,

Aku belum pernah se “pusing” itu,

Aku kurang lebih juga punya pergumulan, tapi setelah melihat kalian ku pikir “segala hal yang ku pusingi selama ini” ngga ada apa-apanya di bandingkan perjuangan kalian – lebih berat.

Aku selalu percaya, kalau Tuhan memberikan jatah masing-masing sesuai porsinya, sesuai batas kuatnya kita. Dan batas kuatku sampai di titik “itu”. Karena lebih dari itu aku ngga akan mampu.

Jadi kalian juga pasti orang-orang yang jauh lebih kuat, yang pasti mampu lewati semua ini.

Sayang banget ya, aku ngga bisa bantu apa-apa selain mendoakan kalian…

Aku percaya banget kalian bisa lewati semua ini sih, kalian begitu mengandalkan Tuhan pasti Tuhan akan jaga dan tolong – itu yang selalu ku yakini.

Yang kurang akan di cukupkan,

Yang berat akan di ringankan,

Yang sulit akan di mampukan,

Amin..

Cheer up guys!

Segala capek, kerja keras, usaha yang di kerjakan hari ini

Percaya, di masa depan hasilnya ngga main-main juga.

Ngga akan berkhianat..

Selamat menikmati proses…

6/sept/21

August….

Penghujung Agustus lagi,ya.


Ngga berasa kurang lebih 4 bulan lagi 2021 selesai.
Padahal rasanya baru kemarin ada 2020, sekarang udah mau masuk 2022 aja.

Awal masuk di Agustus kemarin saya berdoa untuk hari-hari yang baik.
Ternyata di bulan ini saya kehilangan seorang yang paling berharga di hidupku.
Di umur yang bukan “anak kecil” lagi ini, rasanya terbebani sekali harus menjadi penolong untuk keluargaku. Harus menguatkan di saat diri sendiri ngga kuat.
Ada waktu-waktu di mana rasanya – ya, udah seharusnya kuat, ikhlas.
Omaku sudah bahagia di rumah barunya.
Setiap kali berbicara via telepon dengan mamaku, Cuma bisa bilang : “mami harus kuat dong, Oma sudah bahagia. Udah ngga sakit lagi, kenapa masih harus berduka ?”

Jujur, saya bohong.

Sendirinya setiap bangun tidur masih nangis.
Saya kehilangan sekali.
Di kontak handphoneku, hanya ada 3 kontak keluarga yang selalu ku hubungi (Ibu kandungku, Ibu keduaku & Oma). Dan dari ketiganya, tempatku selalu bercerita panjang lebar Cuma Oma seorang. Kita sering telfonan berjam-jam untuk membahas banyak hal sampai hal receh sekalipun.


Sudah beda dunia, saya harus cerita lewat apa lagi Oma ?


Padahal Cuma Oma seorang yang tahu cerita rahasia yang selalu ku ceritakan. Selain dengan teman rohaniku, Cuma Oma yang tahu. Mami dan lainnya ngga tahu.


Episode ceritanya belum selesai, kenapa Oma sudah pergi ?

Manusia Overthinking

Hai,

Ku dedikasikan tulisanku ini untuk orang-orang di luar sana yang sering berlangganan dengan “overthinking“.
Hari ini waktu ku ketik tulisan ini, percayalah aku sedang baru saja “selesai” dengan peperangan di kepalaku.

Ini salah satu penyakit yang ngga pernah bisa lepas dari kepala manusia pada umumnya. Kalau kamu adalah manusia yang tidak pernah atau jarang mengalami peperangan ini, maka bersyukurlah. Di luar sana ada banyak sekali manusia yang ingin lepas, tapi tidak bisa. Termasuk aku, hehe.

Biasanya, kalau hari berganti jadi gelap aku akan tiba-tiba ber- transformasi menjadi manusia overthinking.
Tapi beberapa hari ini benar-benar rasanya penyakit ini tidak pandang waktu.

Ngga siang, ngga malam,, bikin berat kepala.

Sampai tadi pagi, aku bangun dengan kepala berat.
Duduk diam. Lalu tiba-tiba menangis. Lama sekali.
Aneh ya, padahal kalau di tanya apa masalahnya, aku ngga bisa ceritakan.
Karna semuanya bercampur, ngga jelas.
Rasanya mau menghindari orang-orang aja.
Mau hilang.
Rasanya mau menyudahi sandiwara “baik-baik saja” ini.

Kupikir “kepalaku udah ngga bener“.
Akhirnya aku memutuskan mencari orang yang mau mendengarkan ke-tidak jelasan ku ini. Temanku ngga banyak, tapi bersyukur ada yang sepaham dan mau pasang telinga meskipun mungkin juga tidak mengerti.

Lucunya, di awal-awal aku cuma bisa sesegukan menangisi “entah apa“.
Sampai pada akhirnya pelan-pelan kata per kata meluncur dari mulutku.
Temanku yang sejak awal bingung, mulai mengurutkan satu persatu.
Setelah cerita panjang lebar, bisa di tebak yaa, endingnya aku lega.
Ada banyak nasehat dan hal-hal darinya yang menguatkanku.

Guys,
Kalau kita sehati dan sama-sama pernah berdiri di posisi ini
Salah satu yang bisa bantu kita mungkin adalah “didengarkan
Dan “ceritakan“. Jangan di pendam sendiri.
Menangis juga bukan hal yang tabu, kok.
Just do it, nangis aja. Kadang-kadang justru itu obatnya.

Semangat yaa kita,
Jangan salahkan diri sendiri kenapa ngga bisa handle isi kepala.
Terima saja kalau kadang-kadang memang ada hal-hal yang
Kita ngga berkuasa untuk mengaturnya di pikiran kita.
Ngga apa-apa… it’s a normal.. Ngga apa-apa..

Peluk dari jauh untuk semuanya,
Sehat-sehat selalu yaa..☺️

Berlari.

Berusaha lari dari kamu ga bawa aku kemana-mana.
Karena kemanapun, dimanapun itu, pada akhirnya isi kepalaku kembali akan dipenuhi oleh namamu.

Kadang ingin protes, kamu itu siapa sih ?
Berani-beraninya mengacaukan perasaanku.
Aku lupa, bahwa ternyata yang mengijinkanmu masuk adalah aku sendiri.

Sekarang aku bingung…
Aku harus bagaimana ?
Berdiri tegak meski di permainkan keadaan tarik ulur ini,
Atau tetap berlari meski tahu bahwa jalannya hanya akan berputar kearah yang sama : Kamu.

Ah, capek juga yah punya perasaan, hehe.

Boleh ambil cuti ngga yah ? Mau istirahat dulu.
Beberapa hari aja kok, hehe..
Sampai badai di kepala ini reda, atau setidaknya berkurang.

Tenang, ngga lari lagi kok.
Kan udah ku bilang, jalannya akan terus berputar kearah yang sama. Mau ngga mau, pikiran dan perasaanku pasti diseret ke tempat yang sama.

Percuma aku berkali-kali mencoba lari,
Percuma aku berusaha hilangkan perasaan ini.
Semuanya hanya usaha menjaring angin, kalimat yang ga asing.
Karena pada akhirnya keadaan akan membuatku kembali kagum dengan pribadimu.

Dari kagum lalu patah.
Lalu ingin menghilang saja.
Lalu terkagum lagi.
Begitu terus, berulang.

Sekarang mau pasrah aja,
Biar Tuhan yang pegang kendali atas semuanya.
Sekarang cuma bisa menebak, ini kapan ada akhirnya ?
Entah perasaanku yang pamit undur diri,
Atau kamu yang pelan-pelan juga undur diri.

Aku istirahat dulu ya,
Mengumpulkan energi sebanyak-banyaknya.
Karena bersandiwara “sedang baik-baik saja” juga butuh tenaga.